A.1. Pengantar
Untuk menelusuri kapan gerangan nenek moyang orang
Minangkabau itu datang ke Minangkabau, rasanya perlu dibicarakan
mengenai peninggalan lama seperti megalit yang terdapat di Kabupaten
Lima Puluh Kota dan tempat-tempat lain di Minangkabau yang telah berusia
ribuan tahun.Di Kabupaten Lima Puluh Kota peninggalan megalit ini
terdapat di Nagari Durian Tinggi, Guguk, Tiakar, Suliki Gunung Emas,
Harau, Kapur IX, Pangkalan, Koto Baru, Mahat, Koto Gadan, Ranah, Sopan
Gadang, Koto Tinggi, Ampang Gadang.
Seperti umumnya kebudayaan
megalit lainnya berawal dari zaman batu tua dan berkembang sampai ke
zaman perunggu. Kebudayaan megalit merupakan cabang kebudayaan Dongsong.
Megalit seperti yang terdapat disana juga tersebar ke arah timur, juga
terdapat di Nagari Aur Duri di Riau. Semenanjung Melayu, Birma dan
Yunan. Jalan kebudayaan yang ditempuh oleh kebudayaan Dongsong. Dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa kebudayaan megalit di Kabupaten
Lima Puluh Kota sezaman dengan kebudayaan Dongsong dan didukung oleh
suku bangsa yang sama pula.
Menurut para ahli bahwa pendukung
kebudayaan Dongsong adalah bangsa Austronesia yang dahulu bermukim di
daerah Yunan, Cina Selatan. Mereka datang ke Nusantara dalam dua
gelombang. Gelombang pertama pada Zaman Batu Baru (Neolitikum) yang
diperkirakan pada tahun 2000 sebelum masehi. Gelombang kedua datang
kira-kira pada tahun 500 SM, dan mereka inilah yang diperkirakan menjadi
nenek moyang bangsa Indonesia sekarang.
Bangsa Austronesia yang
datang pada gelombang pertama ke nusantara ini disebut oleh para ahli